Strategi Nabi Muhammad SAW


Sekitar 25 tahun lamanya Muhammad Saw berkiprah di bidang bisnis. Beliau telah meletakkan dasar-dasar etika dan moral, yang mencakup manajemen dan etos kerja yang mendahului zamannya. Prinsip-prinsip bisnis yang diwariskan Nabi Muhammad Saw dalam membangun kepercayaan publik telah mendapatkan pembenaran akademis sejak penghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21. 
Masih berkenaan dengan upaya Nabi Muhammad Saw dalam membangun kepercayaan dalam bisnis dan muamalah, Machda (2008) mengemukakan bahwa:
Pertama, Muhammad membangun hubungan interpersonal yang amat berkesan di mana pun beliau berada. Beberapa sikap yang penting, antara lain, raut muka yang selalu tersenyum dan memancarkan persahabatan. Beliau selalu menunjukkan fokus perhatian kepada siapa saja yang diajak atau mengajak berbicara. Walau dalam waktu sesaat, Nabi mampu mengingat nama maupun masa lalu dari mitra yang dijumpainya. Muhammad Saw mampu mengangkat suasana menjadi ceria dan mendorong sikap untuk saling mendukung antarsesama sehingga tercipta kondisi optimisme meskipun dalam situasi serba berkekurangan.
Kedua, Muhammad Saw mampu menjelaskan setiap adanya perbedaan cara pandang dan menghargai perbedaan tersebut. Secara pelan tapi pasti, beliau mampu membawa mereka yang berbeda pandangan untuk melihat dari sisi lain, dan menghargai persepsi yang beragam. Dengan perkataan lain, beliau dapat mengarahkan lawan debatnya tanpa terasa dan meyakinkan ke sasaran positif yang diinginkan.
Ketiga, Muhammad Saw mampu menciptakan kepastian, tidak hanya berupa angan-angan normatif. Beliau memperlihatkan sikap menghargai waktu dan tidak mudah obral janji, memperlihatkan kesediaan untuk berkorban, dan tidak hanya mengedepankan kepentingan diri sendiri. Bersama Muhamamad Saw, orang-orang merasa terjamin kepastian masa depannya, meningkat sense of certainty-nya. Pada suatu zaman yang penuh ketidakpastian dan berkembang suasana saling berkhianat, kehadiran sosok yang dapat dipercaya dan diandalkan menjadi dambaan.
Demikianlah di antara sikap dan perilaku Nabi dalam membangun dan mempercepat tumbuhnya kepercayaan dari konsumen, mitra bisnis, serta khalayak luas.
gear
Teladan Nabi Muhammad Saw dalam proses membangun Trust.

Karakter Muhammad SAW dalam berbisnis 
• Cakap
Seorang pebisnis wajib memiliki pengetahuan terkait usaha yang dijalaninya. Pemahaman terhadap produk dan jasa yang ditawarkan merupakan pengetahuan dasar yang sangat penting dikuasai. Itulah sebabnya, sebelum merintis karier di bisnis perdagangan, Nabi Muhammad Saw terlebih dahulu membekali diri dengan magang dagang.
Mengomunikasikan keunggulan dan kelemahan suatu produk agar konsumen “memahami” perihal produk yang hendak dibelinya adalah cerminan lain dari kecakapan seorang pebisnis. Kecakapan semacam ini mutlak dimiliki demi memuaskan pelanggan dan menjaga hubungan baik dengan mereka, termasuk kecakapan dalam menunjukkan sikap terbaik saat berinteraksi dengan mereka. Rasulullah Saw bersabda,
“Pekerjaan yang paling baik adalah jual-beli yang menepati syariat dan pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri.”
• Senang membantu pelanggan
Rasulullah Saw menegaskan bahwa bisnis dalam Islam tidak hanya sekadar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis Adam Smith. Bisnis dalam Islam juga berorientasi pada sikap ta‘âwun (tolong-menolong) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis bukan mencari untung material semata, melainkan juga didasari kesadaran untuk memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.

• Menjaga hak-hak konsumen
Sikap lain yang ditunjukkan Nabi dalam membangun kepercayaan konsumen adalah dengan memberikan hak-hak mereka. Di antaranya adalah memberikan hak untuk mengetahui kualitas barang serta hak untuk membatalkan pembelian saat transaksi masih berlangsung.
Rasulullah Saw bersabda,
“Kedua belah pihak dalam transaksi perdagangan berhak membatalkan transaksi selama mereka belum berpisah. Jika mereka berkata benar dan menjelaskan segala sesuatunya dengan jernih, transaksi mereka akan mendapatkan berkah. Tapi jika mereka menyembunyikan sesuatu dan berdusta, berkah yang ada dalam transaksi mereka akan terhapus.”
“Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati saat ia membeli, saat ia menjual, dan saat ia membuat keputusan.”
 Tidak menjelekkan bisnis orang lain
Demi mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya, ada saja pebisnis yang menjelek-jelekkan pebisnis lain (pesaing) kepada para konsumen. Padahal sikap seperti ini justru bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Akibatnya, konsumen menjadi tidak respek terhadapnya.
Menjelek-jelekkan pesaing bisnis adalah perilaku tercela. Nabi Muhammad Saw bersabda,
“Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain.” 


0 Response to "Strategi Nabi Muhammad SAW"