Sejarah Kebencian Terhadap Yahudi di Indonesia
—
Tuesday, 4 July 2017
—
Add Comment
—
Social
Yahudi sering dianggap identik bahkan sama dengan Zionisme dan negara Israel, terutama saat membahas konflik antara Israel-Palestina dan negara-negara Arab di kawasan serta pendudukan di Jalur Gaza. Prasangka anti-Yahudi langgeng di Indonesia.
Yudaisme, Yahudi, dan Zionisme bukan sesuatu yang netral. Tetapi ia juga tak bisa seketika disejajarkan atas tindak-tanduk Israel terhadap Palestina.
Yudaisme adalah keyakinan yang dianut orang-orang berdarah Yahudi; orang-orang keturunan Abraham, Ishak, dan Yakov. Sedangkan Zionisme adalah gerakan kebangsaan untuk mendirikan sebuah negara merdeka, yang kita kenal sebagai Israel. Lantaran langkah yang disebutkan belakangan itu, yang memunculkan konflik dengan Palestina dan melanggengkan perseteruan geopolitik di kawasan, mayoritas muslim termasuk di Indonesia menilai bahwa "orang Yahudi" itu jahat dan semua yang merundung Palestina itu "salah Israel."
Menurut data Anti-Defamation League, 26 persen orang dewasa dari 102 negara di seluruh dunia memiliki pemahaman yang keliru tentang Yahudi dan Israel, termasuk 48 persen dari 156,4 juta orang dewasa di Indonesia. Mereka antara lain beranggapan bahwa orang-orang Yahudi hanya memedulikan kaum sendiri dan Israel telah membikin kacau seluruh dunia dengan perang, lobi, dan tipu-tipu.
Dari beberapa keturunan Yahudi di Indonesia yang saya kenal, misalnya, mayoritas menolak sebagai subjek tulisan. Termasuk Rabi Benjamin Meijer Verbrugge, ketua The United Indonesian Jewish Community serta salah seorang pemuka agama Yahudi di Indonesia. Meski bersedia diwawancara, tetapi ia minta agar wajahnya tidak ditampilkan.
Prasangka terhadap Yahudi, dan faktor Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, membuat Indonesia dan Israel hingga kini tak punya hubungan diplomatik resmi. Meski begitu, para pengusaha dari kedua negara ini malu-malu menjalin kongsi dagang, dan beberapa kali upaya lobi Israel kepada Indonesia tertangkap radar media massa.
Sentimen kebencian terhadap Yahudi di era politik mutakhir berakar dari Perang Enam Hari pada 1948 ketika Isarel merebut tanah yang didiami oleh Palestina. Sentimen anti-Yahudi makin menguat ketika Israel menduduki Gaza dan Tepi Barat pada 1967. Tahun ini pendudukan itu berumur 50 tahun, termasuk 10 tahun blokade ilegal oleh otoritas Israel yang melarang rakyat Palestina di Gaza bepergian lewat darat, udara, dan laut, serta mayoritas penduduknya telah pergi menjadi diaspora sejak 1948 itu.
Yudaisme, Yahudi, dan Zionisme bukan sesuatu yang netral. Tetapi ia juga tak bisa seketika disejajarkan atas tindak-tanduk Israel terhadap Palestina.
Yudaisme adalah keyakinan yang dianut orang-orang berdarah Yahudi; orang-orang keturunan Abraham, Ishak, dan Yakov. Sedangkan Zionisme adalah gerakan kebangsaan untuk mendirikan sebuah negara merdeka, yang kita kenal sebagai Israel. Lantaran langkah yang disebutkan belakangan itu, yang memunculkan konflik dengan Palestina dan melanggengkan perseteruan geopolitik di kawasan, mayoritas muslim termasuk di Indonesia menilai bahwa "orang Yahudi" itu jahat dan semua yang merundung Palestina itu "salah Israel."
Menurut data Anti-Defamation League, 26 persen orang dewasa dari 102 negara di seluruh dunia memiliki pemahaman yang keliru tentang Yahudi dan Israel, termasuk 48 persen dari 156,4 juta orang dewasa di Indonesia. Mereka antara lain beranggapan bahwa orang-orang Yahudi hanya memedulikan kaum sendiri dan Israel telah membikin kacau seluruh dunia dengan perang, lobi, dan tipu-tipu.
Dari beberapa keturunan Yahudi di Indonesia yang saya kenal, misalnya, mayoritas menolak sebagai subjek tulisan. Termasuk Rabi Benjamin Meijer Verbrugge, ketua The United Indonesian Jewish Community serta salah seorang pemuka agama Yahudi di Indonesia. Meski bersedia diwawancara, tetapi ia minta agar wajahnya tidak ditampilkan.
Prasangka terhadap Yahudi, dan faktor Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, membuat Indonesia dan Israel hingga kini tak punya hubungan diplomatik resmi. Meski begitu, para pengusaha dari kedua negara ini malu-malu menjalin kongsi dagang, dan beberapa kali upaya lobi Israel kepada Indonesia tertangkap radar media massa.
Sentimen kebencian terhadap Yahudi di era politik mutakhir berakar dari Perang Enam Hari pada 1948 ketika Isarel merebut tanah yang didiami oleh Palestina. Sentimen anti-Yahudi makin menguat ketika Israel menduduki Gaza dan Tepi Barat pada 1967. Tahun ini pendudukan itu berumur 50 tahun, termasuk 10 tahun blokade ilegal oleh otoritas Israel yang melarang rakyat Palestina di Gaza bepergian lewat darat, udara, dan laut, serta mayoritas penduduknya telah pergi menjadi diaspora sejak 1948 itu.
Yahudi sering dianggap identik bahkan sama dengan Zionisme dan negara Israel, terutama saat membahas konflik antara Israel-Palestina dan negara-negara Arab di kawasan serta pendudukan di Jalur Gaza. Prasangka anti-Yahudi langgeng di Indonesia.
0 Response to "Sejarah Kebencian Terhadap Yahudi di Indonesia"